Senin, 22 Maret 2010

KONSEP GENERAL EDUCATION

Dalam kehidupan masyarakat modern ketergantungan hidup terhadap produk teknologi terutama teknologi informasi. Kemajuan iptek di era globalisasi (kehidupan tanpa tapal batas), menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan spesialisasi. Hal ini berpengaruh pada pola fikir, pola hidup dan perilaku. Teknologi disatu sisi membantu aktivitas hidup masyarakat, di sisi lain menjadikan sikap mental masyarakat malas, karena dibuai berbagai kemudahan. Kehidupan di zaman modern seolah-olah tidak akan dapat bertahan hidup tanpa bantuan produk teknologi, hal ini memaksa kehidupan menjadi konsumtif. Pada saatnya akan menggusur nilai-nilai kemanusiaan yaitu kemandirian dalam mengatasi persoalan hidupnya. Nilai-nilai kemandirian sangat dibutuhkan karena didalamnya ada unsur kreatifitas dan efisiensi. Situasi yang dilematis, perkembangan kehidupan modern biaya hidup menjadi tinggi, namun tidak mengikuti perkembangan jauh ketinggalan, ini merupakan problematika kehidupan modern

Untuk mengantisipasi dampak negatif kemajuan iptek dan lajunya arus globalisasi yang cepat, perlu menyadari untuk segera membekali peserta didik dengan kemampuan dasar diantaranya nilai-nilai kemandirian. Secara filosofis kemampuan tersebut berupa kemampuan dalam memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai esensial yang ada pada dirinya baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara maupun sebagai bagian dari alam.

Abad 20 di Amerika dan Eropa, hasil analisis mereka berkesimpulan bahwa sistem pendidikan modern telah menghasilkan para saintis dan teknokrat yang handal tapi tidak melahirkan para lulusan yang memiliki integritas kepribadian. Menurut Philip H. Phenix (1964:6), untuk menghasilkan para lulusan yang memiliki kompetensi kepribadian dan keahlian yang matang diperlukan pemahaman dan pengalaman enam pola makna esensial bagi segenap mahasiswa yaitu ;


a) Makna symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung

b) Makna empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda melalui proses penjelajahan dan penyelidikan empiris

c) Makna esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam

d) Makna ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk

e) Makna synoetics, yakni kemampuan berfikir logis, rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah

f) Makna synoptic, yaitu kemampuan untuk beragama atau berfilsafat

Keenam pola makna di atas dikemas dalam bentuk General Education (Pendidikan Umum)

Philip H. Phenix (1963:8) merumuskan tujuan pendidikan umum :

A complete person should be skilled in the use of speech, symbol and gesture, factually well informed, capale of creating and apresiating object of esthetic significance, endowed with a rich and disciplined life in relation to self and others, able to make wise decision and to judge between right and wrong and possed of an integral out look. Artinya manusia yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, symbol, isyarat, dapat menerima informasi factual, dapat melakukan dan mengapresiasi objek-objek seni, memiliki kemampuan dan disiplin hidup dalam hubungan dengan dirinya maupun orang lain, cakap dalam mengambil keputusan yang bijaksana, dapat mempertimbangkan antara yang benar dan yang salah serta memiliki pandangan yang integral. Wolfgang Klafki (1968:20) : general education merupakan bidang studi yang komprehensif karena mendidik kepala, hati dan tangan. Secara terintegrasi. Sasaran yang disentuh dalam general education adalah tiga potensi utama manusia yaitu : akal, hati dan tingkah lakunya.

Di Amerika dan Inggris, konsep general education diakui sebagai sebuah program studi yaitu program pendidikan yang mengembangkan seluruh aspek kepribadian dalam rangka menciptakan masyarakat yang berbudaya, demokratis dan perduli terhadap lingkungannya baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Laporan lima puluh tahunan dari Nation Society for the study of education tahun 1958, program studi general education di Amerika, dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu :

1. Sebagai reaksi masyarakat terhadap spesialisasi keilmuan yang berlebihan, dimana para spesialis telah mendewakan hasil-hasil temuannya yang menakjubkan, sementara mereka lupa pada nilai-nilai esensial kemanusiaannya.

2. Sebagai reaksi terhadap kepincangan penguasaan minat-minat khusus dengan perolehan peradaban yang lebih luas

3. Sebagai reaksi terhadap pengkotak-kotakan kurikulum dan pecahnya pengalaman belajar siswa

4. Sebagai reaksi terhadap formalism dalam pendidikan liberal .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar